Buku ini mengisahkan perjalanan Nora Seed, seorang perempuan yang merasa hidupnya dipenuhi kegagalan dan kehilangan makna. Di ambang kematian, ia mendapati dirinya berada di sebuah perpustakaan misterius yang tak terbatas, bernama Perpustakaan Tengah Malam. Setiap buku di perpustakaan itu mewakili kehidupan alternatif yang bisa ia jalani jika mengambil keputusan berbeda di masa lalu.
“Aku ingin kamu pulang ke Indonesia,” katanya padauk malam itu di Kastil Hublos, Praha. Hari kedelapan belas bulan Agustus itu dipeluk gerimis sejak sore. Permintaan Wulang terasa seperti beban di hati Arun. Ia bimbang akan keinginannya. Haruskah kembali dan membangun kampung halaman Bersama Wulang atau melanjutkan kehidupannya yang telah nyaman. Kisah Arun dan Wulang adalah salah satu ceri…
Ada 14 cerita dalam buku ini, ceritanya memiliki keberagaman tema, namun dia memiliki kecenderungan pada isu sejarah. Di tengah beragamnya karakter dan beban personal para tokohnya, Dwi Cipta memberikan satu benang merah: bahwa harapanlah yang membuat manusia tetap bisa menjalani kehidupannya. Seseorang bisa belajar banyak dari sebuah cerita, apa pun bentuknya, dongeng, cerita pendek, novel. Ce…
Dikisahkan dahulu kala, jauh sebelum Nusantara menjadi Indonesia, berdirilah sebuah kerajaan bernama Majapahit. Kerajaan besar yang menguasai hampir seluruh Nusantara, bahkan wilayah-wilayah di sekitarnya. Sebuah kerajaan yang begitu masyhur di masa pemerintahan sang raja yang cakap yaitu Hayam Wuruk.
Waktu aku kecil, aku cengeng setiap kali sakit. Selain obat, keberadaan mama juga seperti vitamin yang mebuatku lekas sembuh. Makan disuapin mama. Minum obat disiapin mama. Tidur dipeluk mama. Dipijat tangannya sama mama. Sekarang, mama sakit adalah overthinking terbesar saat di rantau. Takut hal terburuk terjadi saat kami berjauhan.
Untuk kita, yang terlalu malu walau sekadar menyapanya, terlanjur bersemu merah, dada berdegup lebih kencang, keringat dingin di jemari, bahkan sebelum sungguhan berpapasan. Untuk kita, yang merasa tidak cantik, tidak tampan, selalu merasa keliru mematut warna baju dan pilihan celana, jauh dari kemungkinan menggapai cita-cita perasaan. Untuk kita, yang hanya berani menulis kata-kata dalam buku …
Paris, Mei 1968. Ketika gerakan mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Surya, seorang eksil politik Indonesia, bertemu Vienne Deveraux, mahasiswa yang ikut demonstrasi melawan pemerintah Prancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta: Hananto Prawire, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewasDi tengah kesibukan mengelola Restoran Tanah Air di Paris, Dimas bersama tiga ka…